“Perkembangan senjata penyerang udara dan luar angkasa oleh negara asing menunjukan bahwa pada tahun 2030 akan terjadi perubahan radikal dalam eksplorasi udara dan luar angkasa sebagai suatu lingkup integral dari pergerakan bersenjata,” sebuah agensi berita Rusia mengutip ucapan Jendral berbintang tiga, Alexander Zelin.
“Angkatan udara negara-negara asing, terutama dari AS, akan mengambil kesempatan untuk membuat serangan yang terkoordinasi dan sangat persisi dalam sebuah skala global pada keseluruhan target dalam wilayah Federasi Rusia,” ujarnya.
Ia tidak menspesifikasi serangan macam apa yang dapat mengancam Rusia dari luar angkasa atau negara lain mana yang mungkin terjadi.
Rusia saat ini sedang menegosiasikan sebuah perjanjian senjata dengan AS untuk menggantikan perjanjian START-1 tahun 1991 yang kadaluarsa pada bulan Desember, sebagai bagian dari upaya kedua negara untuk meningkatkan hubungan keduanya yang masih tegang.
Menteri Pertahanan Rusia berkata pada bulan Juni bahwa mereka berharap bahwa Presiden AS Barack Obama tidak akan mengikuti rencana pendahulunya, George W. Bush untuk menempatkan persenjataan di luar angkasa, memperingatkan bahwa Moskow siap merespon tindakan semacam itu dengan tindakan lain yang setimpal.
Pemerintah Bush telah memerintahakan Pentagon untuk memulai melakukan riset untuk sistem anti-misil untuk menjaga sebuah serangan nuklir dari Korea Utara ataupun Iran.
Medvedev telah berkata bagwa sebuah larangan untuk menempatkan persenjataan di luar angkasa adalah sebuah syarat untuk melanjutkan pemotongan persenjataan, seiring dengan batas mutual pada penciptaan sebuah sistem anti misil yang berdasar di permukaan.
Medvedev sedang berusaha membujuk Obama untuk menghentikan rencana pembangan sebuah sistem anti misil permukaan dengan komponen yang ditempatkan di Eropa, sebuah proyek yang dilihat oleh pihak Moskow sebagai ancaman langsung.
Zelin berkata bahwa begitu mencapai tahun 2020 Rusia akan dapat mencipatakan sebuah pertahanan udara dan luar angakasa yang baru.
“Dengan koordinasi dengan pasukan dari berbagai satuan dalam Angkatan bersenjata Rusia, mereka harus bersiap untuk menghadang potensi serangan dalam level regional dan global di masa penuh perdamaian dan untuk menolak sebuah serangan bersenjata dengan menggunakan seluruh persediaan senjata konvensional dan senjata nuklir selama perang,” ia berkata.
Zelin berkata Moskow saat ini telah mengembangkan generasi kelima, roket permukaan ke angkasa, S-500. “Roket itu mampu berimplementasi dalam memenuhi tugas dari pertahan udara dan luar angkasa dan mampu menghadang target balistik dengan kecepatan hypersonik yang terbang dalam kecepatan 5 km per detik,” ujar Zelin.
Sebelumnya Rusia juga telah berhasil mengembangkan sebuah generasi baru pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle – UAV) bersenjata berat untuk tujuan militer. Para insinyur di Kronshtadt telah berhasil mengembangkan Dozor-3 UAV dengan berat di udara sekitar 600 kg dan mampu membawa berat muatan hingga100kg yang dapat digunakan dalam serangan udara, ujar salah satu pejabat kepada Ria Novosti.
Viktor Godunov, anggota dari perusahaan yang mengembangkan pesawat tersebut mengatakan pesawat itu dapat membawa berbagai tipe senjata dan peralatan pengawasan. Dozor-3 UAV mendarat dan tinggal landas seperti pesawat biasanya dan memiliki daya tahan hingga 6 jam.
Sebelumnya Rusia pernah membeli 12 pesawat UAV dari Israel seharga $53 juta.
Militer Rusia membutuhkan hingga 100 buah UAV dan paling sedikit 10 sistem pemandu untuk meyakinkan keefektifan pengawasan medan perang. (iw/rts/rn) Dikutip oleh www.suaramedia.com
1 ulasan:
Salam ramadan al mubarak
Catat Ulasan