Kepolisian New York (New York Police Department – NYPD) mengusulkan penambahan patroli jalan kaki, mobil patroli khusus, meningkatkan penjagaan terhadap Masjid-Masjid dan lebih banyak komunikasi dengan komunitas Muslim.
“Di seluruh departemen kepolisian, kami meneruskan apa yang kami lakukan untuk memperkenalkan semua petugas kami dengan agama Islam,” ujar Komisaris Polisi Ray Kelly. “Kami melakukan ini dengan bantuan video pelatihan khusus ke Masjid-Masjid dan pertemuan seperti sekarang ini.”
“Komisaris Kelly telah bekerja dengan baik untuk menjadikannya sebuah tradisi, sebuah hubungan antara departemen kepolisian dengan komunitas Muslim,” ujar Ahmed Jamil dari Masyarakat Muslim Amerika Queens. “Kami mendorong dilakukannya hal semacam ini. Dan harus dikembangkan sedikit demi sedikit. Namun, ini adalah sebuah awal yang bagus.”
Selain melakukan sejumlah pertemuan, NYPD juga berusaha menjangkau komunitas Muslim melalui Kriket.
Kriket adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri atas 11 pemain di sebuah lapangan rumput luas dengan sebuah bola, pemukul, dan dua wicket (tiga tonggak rendah yang di atasnya terdapat kayu lintang). Tujuan permainan ini adalah mencetak lebih banyak angka daripada tim lawan. Para imigran yang berasal dari negara-negara pecinta Kriket membawa masuk olahraga ini ke Amerika.
Banyak anak-anak di wilayah Queens yang dulunya menggunakan lapangan-lapangan yang ada untuk bermain baseball atau sepabola. Namun, seiring bergesernya demografi komunitas di sekeliling lapangan-lapangan tersebut, bergeser pula jenis olahraga yang dimainkan.
Semakin meningkatnya jumlah imigran baru memberikan ide pada kepolisian New York – yang sebelumnya telah mensponsori beberapa liga olahraga – untuk menjadikan Kriket sebagai cara baru menjangkau kelompok-kelompok etnis yang tumbuh dengan pesat ini.
Wakil Inspektur Amin Kosseim menjalankan sebuah program khusus bagi Biro Hubungan Kemasyarakatan departemen. “Program ini membantu mereka mengisi waktu liburan musim panas. Mungkin juga dapat membantu menjauhkan mereka dari masalah,” ujar Kosseim.
Kini, di tahun keduanya, liga Kriket itu telah berkembang dari enam menjadi 10 tim, dengan pemain sebanyak 170 orang.
Alfaz Ally berasal dari Guyana dan telah bermain Kriket selama sembilan tahun. Ia mengatakan popularitas Kriket semakin meningkat di New York, meskipun masih belum dipahami secara luas. “Pernyataan yang seringkali kita dengar adalah bahwa Kriket merupakan tiruan dari baseball. Nah, kami justru berpikir baseball-lah yang meniru Kriket,” ujar Ally.
Menyelenggarakan liga Kriket adalah pekerjaan sulit.
“Kami harus masuk ke komunitas dan menarik minat mereka. Kami harus menyusun daftar, mencari pelatih, memperoleh manajer, menyediakan transportasi, memasok semua perlengkapan, seragam, dan mendapatkan ijin penggunaan lapangan. Meskipun kadang membuat kami merasa kewalahan, ketika kami melihat raut wajah anak-anak itu, semuanya menjadi sepadan,” ujar Kosseim.
Dan, meskipun kepolisian mengatakan mereka tidak memanfaatkan program itu untuk merekrut anggota, pemain-pemain seperti Hanzia Munir dari Pakistan telah berpikir untuk memiliki karir sebagai penegak hukum. “Saya ingin bergabung karena saya ingin menjadi polisi,” ujarnya, “dan yang kedua, mereka memberikan dukungan pada komunitas, saya ingin melakukan itu.”
Sebuah ambisi yang mendukung pemikiran kepolisian New York bahwa program ini membantu departemen menjalin hubungan dengan komunitas Muslim. (rin/ny1/igt) Dikutip oleh www.suaramedia.com
0 ulasan:
Catat Ulasan